Sahabat

Halaman

02 November 2011

~Aku Terpaksa Menikahimu~

By Dalia Hassan at Rabu, November 02, 2011 0 comments
 Sharing Is Caring....



 Credit to blog ini.


Semoga peristiwa di bawah ini membuat kita belajar bersyukur untuk apa yang kita miliki :
 [mohon dibaca sampai selesai, tak usah malas membacanya yah..]
Insya Allah Menginspirasi
                                                                     

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.

Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku.

Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera.

Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!


Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”


Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”

Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.



Alia : tersentuh.....

01 November 2011

Hari Ini : 01 November 2011

By Dalia Hassan at Selasa, November 01, 2011 0 comments
Assalamualaikum....

Wah! Kejap je dah masuk bulan November kan.. Di hari pertama dalam bulan baru ni, jom tengok apa aktiviti merapu aku kat opis..

Pagi2 lagi tadi aku dah dapat call bagitau ada mesyuarat kakitangan awam kat dewan. Terlupa yang meeting biasanya dibuat setiap Selasa minggu pertama setiap bulan, aku dan linie antara orang terakhir yang masuk lewat dalam dewan... sebab tu la kena dok belakang ni... meeting start kul 8.30am dan abis dalam kul 10.10am.. Pas abis meeting sempat singgah cafe zamran, sarapan coz perut terasa lapar giler... Aku makan mee goreng, karipap seketul ngan air suam...



Encik Adam yang sedang bertungkus lumus membersihkan opis... (serba salah kami dibuatnya)
Alahai Encik Adam... Dialah sekarang pengganti cleaner yang kontrak dah tamat dua tiga minggu lepas... sejak tu, dialah yang jadi cleaner kat cops tu... tapi apa yang kami perasan, opisku jadi lebih bersih semenjak dia ambil alih tugas pembersihan tanpa bayaran. Rajin Encik Adam ni... Tengok ni sampai tertidur-tidur kepenatan... Batang mop kat sebelah. Muqaddam kat depan.. Biasanya pas mengemop lantai dan menyiapkan kerja2 dia, dia akan belajar mengaji Muqaddam. Walaupun kesedaran tu sampai dah terlewat, Alhamdulillah sekurang-kurangnya dia berusaha juga untuk belajar. Awal2 hari tu dia cakap dia malu dengan kami, tapi aku cakap kat dia, apa nak dimalukan? Kadang2 kalau ada masa aku akan mengajar dia mengaji..... Seronok dapat ajar dia...

Balik dari opis, aku ngan Linie pergi ke IOI Mall Puchong semata2 nak beli Toner Cartridge yang semakin nazak kat opisku.. Ni kali kedua kami terpaksa guna duit sendiri untuk beli toner ni sebab kekurangan bekalan kat stor.. nak buat camana.. nanti claim balik la... huhuhu! Boleh ya boss!

Pas meronda2 dalam IOI Mall Puchong, aku ngan Linie mencekik kat Burger King.. Lapar gler.. Linie pun perasan masa aku ngah drive aku asyik usap perutku yang minta diisi...  heheh..

Kebetulan balik dari IOI Mall, U-turn depan tu konon2 nak singgah Maybank jap... alang2 dah sampai sana, tetiba jer rasa cam nak jumpa Sub Inspector Rosli ni kat Balai Polis Puchong Jaya... tu yang kami menyinggah jap tu.. biasalah, kami ni kan mesra alam... dok berborak ngan S.I ni memang banyak cerita yang keluar. Kalau tak diberhentikan perbualan, memang takkan abis bercerita.. hehehe.. akhirnya kami keluar dari opis dia dalam kul 7.10pm.. maghrib dah pun.... Aku hantar Linie balik, then aku terus pecut balik rumah dalam hujan lebat tu.. nasib baik tak jem... hehehe!


Itu jer la cerita aku untuk hari ni.... ;p

daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!


Alia : Hari ni tetiba jer My good friend, T~Ni datang opis aku (jarang dia datang opis aku... sebulan sekali pon belum tentu)... tapi dia datang kejap jer.. kebetulan masa dia datang, aku ngah berborak dengan sorang mamat ni sambil gelak2... yang mamat tu pulak, sebelum balik dia bleh bagi aku business card dia dan siap pesan kat aku "nanti call tau!" adoi la... dah le kawan kesayangan aku ni kuat jeles... nasib tak baik lah dia ada pulak masa kejadian tu.. bila mamat tu blah jer, dia terus tanya aku, "mamat tu nak apa?!" adoila bang oiiiii... ni kaunter saman trafik la, orang tu datang sebab nak bayar saman.... apalagi???? lagi mau tanya ka? pastu tak abis2 lagi tak puas ati pasal budak yang aku minat tu.. aku pun dah tak tau nak cakap apa... macam orang bercinta plak, jeles tak tentu pasal... tapi yang pasti, aku tak bercinta dengan dia... aku sayang encik asben aku oiiiiiii! hehehe...

31 Oktober 2011

Cabaran Sehari Tanpa Facebook

By Dalia Hassan at Isnin, Oktober 31, 2011 2 comments
Esok, 1/11/11 bermula jam 12:00am aku berazam untuk tidak meletakkan status di facebook, memberi komen, dan apa2 sahaja berkaitan facebook untuk tempoh 24 jam... Pendek kata aku cuba mengajar diriku untuk mengawal daripada nafsu untuk membuka atau membaca atau memberi komen atau apa2 sahaja berkaitan facebook.

1/11/11 12:00am sehingga 1/11/11 11:59pm

Esok, aku akan aktifkan mode silent untuk facebook ku dan akan ditukarkan kepada mode normal selepas jam 11:59pm... Mampukah aku bertahan????

So kawan2ku especially my good friend.... sebarang pertanyaan atau pesanan melalui facebook tidak akan dilayan untuk satu hari yer. Hanya panggilan telefon / sms sahaja yang akan dilayan.... Terima kasih. *Wink*

Chaiyo chaiyokkkkkk!

Petua Menghilangkan Jerawat

By Dalia Hassan at Isnin, Oktober 31, 2011 0 comments
Aku bukan nak BAGI petua untuk menghilangkan jerawat, tapi aku nak MINTA petua untuk menghilangkan jerawat... jerawat dah menjadi2 naik kat muka aku ni... tak pernah muka aku jerawat naik sebegini banyak.. berebut2 nak keluar.. adoi la... stress aku dibuatnya... arghhhhhh!

Pergi ke mana2, ramai yang menegurnya... muka aku yang sebelum ni tak der banyak masalah, dah jadi penuh dengan masalah... ni gara2 aku gatal2 tukar pencuci muka la ni... padan muka aku... dah elok2 pakai pencuci tu, aku pergi tukar dengan jenama lain... hambekkkkk ko! dussssssshhhhh! kepala pon dah jadi mereng...

Tadi pergi jumpa bos aku Tuan Khai a.k.a Baim Wong kat tingkat 8, pon dia tegur lagi... dia yang susah hati tengok muka aku naik jerawat... aku lagi la susah hati...macam2 dia pesan, jangan makan kacang... jangan makan makanan yang berminyak... jangan itu, jangan ini.. perasan jer dia kalau ada jerawat baru naik kat muka aku... tadi dia siap tunjuk kat dua tempat atas mulut aku ni ada jerawat baru tumbuh...perihatin sungguh bos aku nan seorang ni... InsyaAllah aku akan amalkan satu petua yang dia bagi ni... petua untuk hilangkan jerawat.. dia kata petua ni dia dapat dari arwah abang dia... oklah.. aku akan start amalkan mulai malam ni... Chaiyokkkkk!



Alia : My good friend, T~Ni masih lagi dalam mood merajuk dia.... dalam kul 2:04pm tadi dia sms aku "xjumpa buah ati ke arini xde mood?" hehehe... agaknyer sebab dia baca kat status facebook aku tadi aku tulis "takder mood nak keje arini... :( " tu yang dia perli aku tu... aku cakap la kat IPD tu dia jer la buah hati aku... kawan kesayangan aku... aku takder mood sebab dah lama tak jumpa dia... pastu dia balas "Dan2 la... sebb x jumpa buah ati kan yg xda mood arini... bgs ar..." aikkk??? dia ni apasal?? pastu aku cakap yang dia tu sombong... selisih ngan aku pon buat2 tak kenal jer... pastu dia balas "Eleh.. Sapa sombong.. Mentang2 la ada buah ati br.." adoi la... rupanya tak abis lagi cerita pasal budak yang aku minat tu... aptb!

30 Oktober 2011

Siaran Tertunda : Birthday Ainul Mardhiah

By Dalia Hassan at Ahad, Oktober 30, 2011 0 comments
Dah sebulan lebih aku simpan gambar ni... asyik terlupa jer nak publish.. Kek ni aku buat sempena birthday Ainul Mardhiah yang ke~5 pada 25 September, sehari selepas birthday aku... Kek ni pun aku buat atas permintaan Ainul sendiri yang mahu aku sendiri buat kek besday dia, tak nak beli kat kedai... terpaksa jugalah aku bertungkus lumus membuatnya...




Goodies

Sebahagian goodies untuk dihantar ke tadika Strawberry

Perabih duit @ Lowyat Plaza

By Dalia Hassan at Ahad, Oktober 30, 2011 2 comments
Haaaaaaa! Misi menghabiskan duit (asben aku) di Lowyat Plaza, KL.. Plan asal cuma nak survey harga laptop kat sana coz my mom in law suruh kami tengok2kan harga, dia nak beli laptop yang bajetnya lebih kurang RM1400.. Komputer kat rumah tu dah uzur, tu yang mak mertuaku nak ganti baru.

Tapi, bila dah sampai sana, rambang mata jadinya.. Mulalah rasa macam nak beli itu dan ini.. Setelah dapat membodek encik asben yang memang senang digoda oleh aku, berjaya jugak aku beli GPS yang murah untuk letak kat kereta aku, kamera Canon untuk kegunaan aku juga serta pendrive Sony 8Gb.. Hehehe..


Thanks abang.. Mmuaaaahhhhxx! Pasni belikan Ya Ipad2 pulak ekkkk.. :p

Kek Keju Tiramisu

By Dalia Hassan at Ahad, Oktober 30, 2011 0 comments
Taaaaarrraaaaa!

Dalam pada kemalasan aku hari ni, sempat juga aku menyiapkan kek keju tiramisu yang dah lama aku berangan nak buat.. Jadi la juga walaupun rupa kek ni tak berapa nak cantik, yang penting sedaaaaapppp!

Meh sama2 layan kek keju tiramisu aku ni.. Nyum nyum nyum.. Jemput makan ya... :p

Kek Keju Tiramisu

29 Oktober 2011

Boring Boring Boring ~Kerja Di Pagi Sabtu~

By Dalia Hassan at Sabtu, Oktober 29, 2011 1 comments
Alahai boringnya... pada masa dan ketika ini, aku berada di opisku dan aku keseorangan! Arggghhhh... kenapa lah aku tersadai kat sini pada hari Sabtu yang sepatutnya aku menghabiskan masa dirumah ataupun di shopping2 complex... isk isk...

Semalam aku langsung tak sempat nak update blog aku ni, lagipun tak ada cerita yang menarik pun. Selain dari my good friend, T~Ni yang masih merajuk tu, pagi semalam aku ikut Tuan Khai a.k.a Baim Wong pergi Bukit Aman, ada kerja skit nak settle. Then balik opis semula, wat kerja macam biasa.. petang ingatkan ada latihan zapin, tapi kansel la plak... nak main badminton, takder geng plak.. frust betul. tak tau nak pergi mana sebab dah janji ngan Ainul nak ambik dia dari taska malam skit. Dia suruh aku ambik dia malam sebab dia nak berborak lama2 dengan Eisya katanya.. adoi la anak aku sorang ni... pikir punya pikir aku amik keputusan pergi menghabiskan masa dan duit di Carefour Subang Jaya... okeyla tu.. tak pasal2 duit aku RM232 abis beli barang kat Carefour tu.. beli baju kurung, seluar, blouse ngan barang2 dapur... itu pun nyaris2 lagi aku tergoda nak beli kamera, nasib baik aku mampu lagi menyabarkan dan mengingatkan diri aku bahawa gaji lama lagi nak dapat... haishhhhh! aptb!

Apa lagi nak cerita ek??? ermmm.... ada 45 minutes lagi sebelum aku balik rumah... banyak masa lagi tu... nak buat kerja pun tak boleh, akaun tak boleh buka... tak tau kenapa... nasiblah, makan gaji buta aku hari ni... sekali sekala... ahaks.. nak makan, megi jer yang ada... tak best bila hari2 makan megi.. tapi tadi aku perabihkan kek cokelat yang aku beli semalam.. sib baik aku ada simpan dalam peti ais, bleh gak aku bersarapan kek hari ni.. ngah sedap2 aku suap kek kat mulut, jiran sepagarku Shahazrin datang ambik novel Biarlah YM Berbicara.... hehehe...

Oklah... tu jer la yang aku nak bercerita... kalau ada apa2 aku akan update kemudian yer...

Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!

Alia : semalam (Jumaat), waktu rehat yang lama aku habiskan kat opis jer.. malas nak keluar... lagi pun aku ngan Linie jer tinggal kat opis, kak wani takder... so masa rehat tu aku ambil kesempatan ajar Kopral Adam mengaji Muqaddam... ermmm.. banyak kali dia cakap kat aku yang dia malu, dah tua2 baru nak belajar baca Muqaddam.. aku cakap kat dia, apa yang nak dimalukan... sekurang2nya dia berusaha nak belajar.. kan?

PayPal

 

The Kakya Joyah Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review